HARIANJABAR.ID - Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) baru-baru ini menggelar dua pelatihan strategis di Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, guna mengakselerasi transformasi digital bagi petani dan koperasi. Inisiatif ini membekali 160 peserta dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat agar mampu bersaing di pasar digital dan memperkuat efisiensi rantai pasok lokal.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Pelindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leon Alpha Edison, mengungkapkan bahwa pelatihan ini berakar dari hasil identifikasi mendalam Kemenko PM terhadap problematika di lapangan. Menurutnya, sektor pertanian dan koperasi menghadapi tantangan signifikan dalam beradaptasi dengan era digital.
"Kami menemukan dua tantangan utama. Pertama, petani muda masih kesulitan memasarkan produk secara mandiri melalui platform digital. Kedua, belum banyak koperasi yang berperan sebagai offtaker di daerah, sehingga rantai pasok menjadi panjang dan biaya logistik tinggi," jelas Leon.
Temuan ini menjadi landasan bagi Kemenko PM untuk merancang program pelatihan yang fokus pada solusi praktis, bukan hanya sekadar teori, tetapi juga memberikan keterampilan yang dapat langsung diterapkan untuk meningkatkan daya saing.
Dua Program Unggulan
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemenko PM menghadirkan dua program pelatihan terfokus. Yang pertama bertajuk "Berdaya Bersama", diikuti oleh 100 petani muda dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Fokus utamanya adalah membekali peserta dengan keterampilan digital marketing dan teknik pembuatan konten kreatif, dengan dukungan mentor berpengalaman dari Kementerian Koperasi dan UKM, DCT Agency, serta para praktisi content creator.
Sementara itu, pelatihan kedua, "Replikasi Model Rantai Pasok Lokal", ditujukan khusus bagi perwakilan koperasi se-Jawa Barat. Selama dua hari, para delegasi koperasi ini mendalami model bisnis dan manajemen rantai pasok yang telah berhasil diterapkan oleh Kopontren Al-Ittifaq, dengan bimbingan narasumber dari Kementerian Koperasi dan tim Al-Ittifaq. CEO Kopontren Al-Ittifaq, Irawan, menyambut baik peran lembaganya sebagai pusat replikasi model.
"Kami siap berbagi pengalaman dan model bisnis yang telah kami jalankan agar bisa diterapkan di berbagai daerah. Kolaborasi ini penting untuk memperkuat ekosistem agribisnis pesantren dan meningkatkan kesejahteraan petani," ujar Irawan.
Leon Alpha Edison menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian integral dari konsolidasi multi-pemangku kepentingan untuk menguatkan ekosistem ekonomi inklusif di tingkat akar rumput. "Tujuan akhirnya adalah memastikan intervensi pemerintah memberikan dampak nyata terhadap pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan," tutupnya.
