Dokter Ungkap Kaitan Penggunaan Gadget Berlebihan dengan Risiko Diabetes




HARIANJABAR.ID -  Sebuah peringatan penting baru-baru ini datang dari dunia medis mengenai bahaya tersembunyi di balik gaya hidup digital kita; Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Timoteus Richard, mengungkapkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan secara signifikan dapat meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2. Keterikatan pada layar gawai, terutama hingga larut malam, bukan hanya masalah mata, melainkan juga berpotensi mengacaukan metabolisme tubuh, memicu resistensi insulin, dan mendorong pilihan makanan tidak sehat yang menjadi cikal bakal penyakit kronis ini.


Di era serbadigital ini, perangkat gawai telah menjelma menjadi perpanjangan tangan dalam setiap aspek kehidupan modern. Mulai dari menuntaskan pekerjaan, mencari hiburan, hingga memesan kebutuhan sehari-hari, semua dapat dilakukan hanya dengan sentuhan jari pada layar. Kenyamanan ini memang tak terbantahkan, namun siapa sangka, kemudahan tersebut datang dengan risiko kesehatan yang serius, salah satunya adalah diabetes.

Dokter Timoteus Richard, seorang Spesialis Penyakit Dalam di Bethsaida Hospital Gading Serpong, menjelaskan bahwa dominasi gadget dalam rutinitas harian seringkali memaksa tubuh untuk statis dan minim pergerakan. Durasi duduk yang terlalu lama tanpa diselingi aktivitas fisik yang memadai berdampak langsung pada fungsi metabolisme tubuh yang cenderung melambat, diiringi peningkatan akumulasi jaringan lemak. Fenomena ini menjadi lahan subur bagi berkembangnya resistensi insulin, sebuah kondisi krusial yang merupakan pemicu utama diabetes tipe 2.

"Akibatnya, risiko resistensi insulin, pemicu utama diabetes tipe 2 ikut naik," kata Timoteus dalam keterangan tertulis, Senin (21/10).

Ketergantungan pada gadget juga kerap memicu pola hidup yang tidak sehat lainnya, yaitu kurang tidur. Paparan cahaya biru yang dipancarkan dari layar gawai, khususnya pada malam hari, terbukti dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh dan produksi hormon melatonin yang berperan penting dalam mengatur siklus tidur. Akibatnya, kualitas dan kuantitas tidur menjadi terganggu, padahal istirahat yang cukup adalah kunci menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.

Dampak Gadget pada Pola Tidur, Makanan, dan Pencegahannya

Kurangnya waktu tidur, sebagaimana yang diuraikan oleh Dokter Timoteus, dapat memicu peningkatan produksi hormon stres dalam tubuh. Hormon-hormon ini, pada gilirannya, memiliki efek negatif pada kestabilan kadar gula darah. Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari bahwa kebiasaan sederhana seperti begadang karena asyik bermain gadget justru menjadi salah satu faktor signifikan yang berkontribusi pada perkembangan penyakit mereka.

"Banyak pasien yang tidak sadar bahwa kebiasaan sederhana seperti sering tidur larut malam karena gadget bisa memicu terjadinya diabetes," jelasnya.

Selain itu, kemudahan akses melalui gadget juga terbukti mendorong kita terjerumus dalam ketergantungan pada hidangan siap saji atau fast food. Hanya dengan beberapa ketukan di layar, burger, pizza, atau minuman manis favorit dapat langsung terhidang di depan mata. Ironisnya, makanan cepat saji umumnya melimpah akan kalori, kadar gula, garam, serta lemak jenuh yang tinggi, namun minim serat dan nutrisi esensial.

Konsumsi berlebihan jenis makanan ini menyebabkan tubuh menyimpan energi ekstra dalam bentuk lemak, terutama di area perut. Akumulasi lemak perut inilah yang menjadi salah satu penyebab utama resistensi insulin. Lebih lanjut, lonjakan gula darah yang ekstrem pasca mengonsumsi makanan tidak sehat akan memaksa organ pankreas bekerja jauh lebih keras dari kapasitas normalnya, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kelelahan dan disfungsi.

"Ditambah lagi, lonjakan gula darah setelah makan membuat pankreas bekerja ekstra keras hingga lama-kelamaan kewalahan. Inilah awal mula munculnya diabetes," kata dia.

Dokter Timoteus juga mengingatkan bahwa gejala diabetes seringkali muncul secara bertahap dan mudah terabaikan. Beberapa tanda peringatan yang patut diwaspadai meliputi:

  • Rasa haus yang tak kunjung hilang dan frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama di malam hari.
  • Kelelahan yang persisten meski tidak melakukan aktivitas berat.
  • Perubahan berat badan yang signifikan (penurunan atau peningkatan) tanpa alasan yang jelas.
  • Penglihatan yang memburuk atau kabur, serta luka yang membutuhkan waktu lama untuk sembuh.

Apabila Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala tersebut, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan kadar gula darah guna deteksi dini. Semakin cepat kondisi diabetes diketahui, semakin besar pula peluang untuk mencegah komplikasi serius seperti kerusakan ginjal, penyakit jantung, atau masalah saraf.

Dalam rangka pencegahan, Dokter Timoteus merinci beberapa langkah sederhana yang dapat diintegrasikan dalam gaya hidup sehari-hari:

  • Membatasi secara ketat konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis.
  • Mengurangi durasi penggunaan gadget dan secara rutin memberikan jeda untuk bergerak atau beraktivitas fisik.
  • Melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari.
  • Memastikan tidur yang cukup, idealnya 7-8 jam setiap malam.
  • Rutin memeriksakan kadar gula darah, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.
"Diabetes sering kali berkembang tanpa gejala jelas. Karena itu, pemeriksaan rutin sangat penting agar kadar gula darah bisa dipantau sejak dini. Dengan pola hidup sehat dan deteksi dini, risiko komplikasi serius dapat ditekan secara signifikan," ujar Timoteus.

Kesimpulannya, meskipun gadget menawarkan banyak kemudahan, penting bagi kita untuk bijak dalam penggunaannya. Menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan gaya hidup sehat adalah investasi terbaik untuk masa depan bebas diabetes.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال