![]() |
Ilustrasi pedesaan |
HARIANJABAR.ID - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, pada peringatan Hari Bhakti Pos dan Telekomunikasi (Postel) ke-80 di Bandung (27/9/2025), mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa ribuan desa di Indonesia masih belum terhubung dengan jaringan internet, menyerukan kolaborasi multi-pihak untuk mengatasi kesenjangan digital ini.
Pernyataan tersebut menyoroti urgensi pemerataan akses teknologi di tengah pesatnya perkembangan digital, yang menjadi pilar penting dalam mewujudkan Indonesia yang lebih terhubung dan inklusif. Meutya Hafid menegaskan bahwa meskipun kemajuan telah dicapai, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan bersama.
Skala Kesenjangan Digital di Pedesaan
Data terbaru dari Menkomdigi memperlihatkan betapa luasnya tantangan yang dihadapi. Tercatat, 2.333 desa di seluruh Indonesia belum merasakan adanya koneksi internet sama sekali. Lebih spesifik lagi, 2.017 desa di antaranya belum mendapatkan layanan jaringan 4G, sebuah standar konektivitas yang kini dianggap esensial.
"Ada 2.333 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet, ada 2.017 desa tanpa layanan atau belum mendapat layanan 4G. Kita masih punya PR yang saya yakin bisa kita lakukan kalau kita melakukan aksi-aksi kolaborasi bersama," kata Meutya Hafid saat memimpin upacara di Kantor Pos Indonesia, Bandung.
Ironisnya, tantangan ini tidak hanya terbatas pada area pemukiman. Menkomdigi juga menyoroti 316 desa yang mayoritas merupakan perladangan non-pemukiman, yang juga membutuhkan perhatian serius untuk pembangunan konektivitas. Meskipun bukan pusat populasi, desa-desa ini tetap memerlukan akses internet untuk mendukung aktivitas ekonomi dan informasi.
"Ada 316 desa yang mayoritas berupa ladang non-pemukiman yang juga perlu kita bangun konektivitasnya," tambah Menkomdigi.
Mendorong Kolaborasi untuk Masa Depan Digital yang Inklusif
Dalam kesempatan tersebut, Meutya Hafid menekankan bahwa akses internet merupakan fondasi penting di era teknologi saat ini. Ekosistem telekomunikasi yang merata adalah prasyarat untuk kemajuan bangsa, dan perjuangan para pahlawan Postel untuk menghubungkan seluruh pelosok negeri harus terus dilanjutkan.
Untuk itu, komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan. Industri telekomunikasi, pemerintah, dan masyarakat harus bersinergi untuk menjembatani kesenjangan digital. Meutya Hafid optimis bahwa dengan kolaborasi yang kuat, tantangan ini dapat diatasi.
"Industri telekomunikasi, kita tahu telah menjadi urat nadi digital bangsa. Dengan komitmen bahwa hari ini perjuangan belum selesai, saya rasa perjuangan untuk membangun konektivitas, berkolaborasi adalah bukan PR yang teramat berat," ucapnya.
Inisiatif ini bukan hanya tentang menyediakan infrastruktur, melainkan juga tentang memberdayakan masyarakat agar dapat memanfaatkan teknologi secara optimal, membuka akses informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi yang lebih luas bagi setiap warga negara, di mana pun mereka berada.