Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Sekolah Pra Nikah. Ia menilai program ini sangat strategis dalam membekali anak dan remaja dengan pemahaman mendalam mengenai nilai kehidupan, hakikat pernikahan, serta tanggung jawab yang menyertainya sejak usia dini. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) dengan Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) dan IPB University.
Ajat menekankan bahwa generasi muda saat ini menghadapi berbagai tantangan kompleks, mulai dari pola konsumsi yang kurang sehat, pengaruh gaya hidup yang keliru, budaya hedonisme, hingga degradasi nilai moral dan spiritual. Ditambah lagi, dampak negatif dari media dan konten tontonan turut menjadi sorotan.
"Edukasi pra nikah menjadi benteng penting dalam membentuk karakter, moral, dan kesiapan mental generasi muda," ujar Ajat.
Ia juga menyoroti kondisi demografi Kabupaten Bogor yang didominasi oleh penduduk usia produktif. Oleh karena itu, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi krusial untuk mencegah timbulnya berbagai persoalan sosial, termasuk tingginya angka putus sekolah dan pernikahan dini.
"Sekolah Pra Nikah ini diharapkan menanamkan kesadaran bahwa pernikahan bukan hanya urusan hari ini, tetapi perjalanan panjang yang penuh tanggung jawab, baik di dunia maupun di akhirat," ujar Ajat.
Kepala DP3AP2KB Kabupaten Bogor, Sussy Rahayu Agustini, menambahkan bahwa pernikahan anak masih menjadi persoalan serius, mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan angka pernikahan anak tertinggi secara nasional.
Ia menegaskan bahwa pernikahan anak berdampak luas terhadap kesehatan, pendidikan, psikologis, dan kesejahteraan anak, terutama anak perempuan. Risiko kehamilan usia dini, komplikasi kesehatan ibu dan anak, trauma psikologis, hingga potensi kekerasan dalam rumah tangga adalah konsekuensi yang harus dicegah bersama melalui pendekatan edukatif.
Berbagai faktor seperti kemiskinan, keterbatasan akses pendidikan, pengaruh sosial budaya, dampak media sosial, serta kehamilan di luar nikah turut berkontribusi terhadap fenomena ini. Oleh karena itu, penguatan program edukatif yang mempersiapkan remaja secara matang melalui sekolah pra nikah menjadi prioritas.
Sumber : antaranews.com