HARIANJABAR.ID- Menghadapi potensi genangan air selama musim hujan, Pemerintah Kota Bandung sigap memperkuat pertahanan kota dengan menempatkan 27 unit pompa penyedot air di berbagai titik rawan, sekaligus menggalakkan program kolaboratif bersama masyarakat untuk mencegah dampak banjir. Strategi komprehensif ini bertujuan untuk memastikan aliran air tetap lancar dan genangan tidak berlarut-larut di seluruh wilayah Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, mengungkapkan, "Kami sudah menempatkan 27 pompa di titik-titik genangan air di Kota Bandung," ujarnya baru-baru ini. Penempatan pompa-pompa ini adalah bagian integral dari upaya Pemkot Bandung dalam mempercepat penanganan genangan. Tim gabungan dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) bersama petugas lapangan di tingkat kecamatan dan kelurahan bertugas mengoperasikan pompa-pompa tersebut secara siaga, menjamin respons cepat terhadap potensi genangan.
Sinergi Pencegahan Jangka Pendek dan Panjang
Selain mengandalkan teknologi pompa, Pemkot Bandung juga aktif merangkul partisipasi publik melalui program "Magap Hujan". Inisiatif ini merupakan gerakan kerja sama dengan masyarakat untuk membersihkan gorong-gorong, drainase, dan saluran air di lingkungan sekitar. "Kami juga punya Magap Hujan, yaitu kerja sama dengan masyarakat untuk membersihkan gorong-gorong dan solokan," kata Erwin. Program ini krusial untuk mencegah penyumbatan aliran air oleh sampah atau sedimen tanah.
Inspeksi lapangan juga menjadi prioritas. Wakil Wali Kota Erwin secara langsung meninjau sejumlah titik rawan genangan, memastikan penanganan cepat di lokasi-lokasi krusial. Dalam kesempatan tersebut, penertiban bangunan liar yang berdiri di atas sungai atau anak saluran air juga dilakukan, mengingat keberadaannya dapat menghambat aliran air dan memperparah genangan lokal.
Sebagai solusi jangka panjang, pembangunan kolam retensi terus digalakkan. Hingga kini, Kota Bandung telah memiliki 14 kolam retensi aktif dari target 30 kolam yang direncanakan. "Program kolam retensi terus berjalan. Saat ini sudah ada 14 kolam dari target 30. Dua sedang dikerjakan, dan insya Allah tahun 2026 akan ditambah dua lagi," ungkap Erwin. Kolam-kolam ini tersebar di kawasan strategis, termasuk wilayah Bandung Timur dan Selatan yang sering terdampak.
Khusus untuk area rawan seperti kawasan Pasteur, Pemkot Bandung menyiagakan pompa tambahan di luar 27 unit yang sudah ada. "Kalau ada titik genangan yang masih sering terjadi, seperti di kawasan Pasteur, kami langsung turunkan pompa tambahan di luar 27 unit yang sudah ada. Pompa juga datang dari BBWS maupun BPPW. Kalau ada kondisi darurat, langsung kami sedot, dan insya Allah hanya dalam hitungan jam sudah selesai," tegasnya, menunjukkan kesiapan penuh.
Keterlibatan Masyarakat dan Kolaborasi Lintas Sektor
Dukungan penanganan banjir juga datang dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) berupa bantuan pompa dan peralatan teknis lainnya. Kolaborasi antarinstansi ini memperkuat kapasitas Pemkot dalam menghadapi tantangan musim hujan.
Erwin juga menekankan pentingnya peran aktif masyarakat. Ia mengimbau warga untuk tidak membuang sampah ke sungai atau selokan dan melaporkan titik genangan melalui kanal pengaduan resmi. "Saya juga mengimbau para camat dan lurah agar berkoordinasi dengan para ketua RW untuk mendata sungai atau saluran yang sudah mengalami erosi. Kalau ada potensi longsor atau sumbatan, langsung kami tangani," ucapnya.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, Pemkot Bandung optimistis dapat menekan dampak genangan air dan menjaga kenyamanan warga. "Kami ingin memastikan bahwa Bandung tetap aman dan nyaman meski hujan deras turun. Kuncinya ada pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan semua pihak," tandas Erwin.
