![]() |
Ilustrasi sampah |
BANDUNG - Pemerintah Kota Bandung, bekerja sama dengan Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP), secara proaktif meluncurkan model pengelolaan sampah berbasis RT di empat wilayah percontohan sebagai respons konkret terhadap krisis sampah yang kian mendesak. Inisiatif ini berfokus pada pentingnya pemilahan sampah langsung dari sumbernya, melibatkan partisipasi aktif masyarakat demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Untuk mengimplementasikan strategi ini, empat Rukun Tetangga (RT) telah dipilih sebagai laboratorium sosial, meliputi Cigondewah Kaler (Bandung Kulon), Rancanumpang (Gedebage), Nyengseret (Astana Anyar), dan Kujangsari (Bandung Kidul). Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kesiapan warga, dukungan kuat dari pengurus RT/RW, serta ketersediaan mitra pengelola sampah (offtaker) seperti bank sampah dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPS3R).
Hasil awal dari proyek percontohan ini menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Di Cigondewah Kaler dan Rancanumpang, seluruh rumah tangga berhasil menerapkan pemilahan sampah secara menyeluruh. Sampah organik diolah menjadi kompos atau pakan maggot, sementara sampah anorganik disalurkan ke bank sampah. Residu yang tidak dapat didaur ulang diangkut sesuai jadwal yang telah disepakati melalui musyawarah warga. Penempelan stiker "Saya Sudah Pilah Sampah" menjadi simbol komitmen sekaligus pendorong sosial bagi warga yang belum bergabung.
Menanggapi pendekatan ini, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Kabupaten Bandung Barat, Enung Masruroh, menyampaikan apresiasinya. "Pendekatan dari hulu, khususnya di level rumah tangga, sangat sejalan dengan pilar keempat dalam pendekatan STBM," ujarnya dalam siaran pers ISWMP.
Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Bebas Sampah
Meskipun belum semua lokasi mencapai partisipasi 100 persen, tren positif terus terlihat di Nyengseret dan Kujangsari. Beberapa tantangan masih menghadang, seperti minimnya pemahaman masyarakat tentang manfaat pemilahan sampah, keterbatasan mitra offtaker, dan kurangnya fasilitator lapangan. Namun, pendampingan intensif dan edukasi tatap muka terbukti menjadi metode paling efektif dalam mendorong perubahan perilaku warga.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Iskandar Zulkarnain, dalam acara serah terima TPST dari Kementerian PUPR, menekankan urgensi fasilitas pengolahan sampah baru. "Dengan diberikan atau diserahkan TPST ini, Nyengseret dan Holis 2, mudah-mudahan ini bisa mengurangi terkait dengan sampah yang akan dikirimkan terutama ke TPA Sarimukti. Karena sekarang kami agak kesulitan, kondisinya kiriman di Sarimukti juga dibatasi 140 rit sehari. Padahal dalam sehari kita bisa di 154 rit. Jadi masih ada belasan rit lagi yang harus kita atur," jelasnya, mewakili Wali Kota Muhammad Farhan.
Ke depan, Kota Bandung menargetkan praktik baik dari keempat RT percontohan ini menjadi fondasi bagi perluasan Kawasan Bebas Sampah (KBS) di seluruh kota. Rencana strategis sedang disusun untuk memperkuat kapasitas kader lingkungan, menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) teknis, serta merancang skema insentif guna menjaga konsistensi warga dalam memilah sampah.
Sumber : Republika