![]() |
Workshop “Dancing with The Nature” (Foto : Bamboo Nation Project) |
SURABAYA – Bamboo Nation Project kembali digelar tahun ini dengan menghadirkan program utama bertema bambu kinetik untuk kedua kalinya setelah edisi sebelumnya diadakan di Bali. Kali ini, kegiatan berlangsung di Surabaya dengan melibatkan kolaborasi Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung, Universitas Kristen Petra, Universitas Ciputra, dan Xi’an Jiaotong-Liverpool University (XJTLU) dari Suzhou, China.
Salah satu agenda utama adalah workshop “Dancing with The Nature”, di mana mahasiswa diajak merancang dan membangun instalasi bambu yang dapat bergerak dengan pendekatan biomimikri. Desain yang dihasilkan terinspirasi dari bentuk dan gerak alam, mulai dari liukan sirip ikan pari, mekarnya bunga, hingga kepakan sayap burung.
Memadukan Bambu, Arduino, dan Sensor
Workshop ini menghadirkan tantangan yang unik bagi mahasiswa arsitektur: menguasai perangkat Arduino dan berbagai sensor – mulai dari sensor cahaya, sensor gerak, hingga sensor air – yang umumnya lebih akrab di bidang mekatronika. Meski awalnya terasa asing, para peserta berhasil mengaplikasikannya sehingga instalasi bambu dapat merespons lingkungannya secara dinamis.
“Awalnya agak sulit ketika menuliskan barisan coding dan merangkai komponen arduino, namun setelah berhasil dan membuat instalasinya bergerak, senang dan bangga banget rasanya,” ungkap salah satu peserta.
Proses ini difasilitasi oleh Alvin Fernandez Komar, S.T., M.T., ahli arsitektur kinetik khususnya mekanisme, bersama Galuh Kresnadian Tedjawinata, S.Ars., M.Ars. yang membimbing penggunaan Arduino, Anastasia Maurina, Ph.D.dalam pengembangan dan riset, Ir. Amirani Ritva Santoso, M.T. sebagai moderator, dan Helmy Hermawan Tjahjanto, Ph.D. dari bidang teknik sipil. Seluruhnya merupakan dosen UNPAR Bandung.
Kreativitas yang Bergerak
Dalam waktu yang singkat, mahasiswa tidak hanya berhasil membangun instalasi secara fisik, tetapi juga menghidupkannya dengan gerakan yang terukur. Setiap karya menjadi bukti bahwa teknologi dapat memperluas batas kreativitas arsitektur, mengubah material tradisional seperti bambu menjadi elemen yang interaktif dan ekspresif.
Langkah Awal Menuju Inovasi
Materi bambu kinetik ini ke depannya akan terus dikembangkan di Universitas Katolik Parahyangan, dengan harapan menjadi inovasi baru yang memperkaya ragam desain dan praktik arsitektur di Indonesia. Pengembangannya akan dilakukan lebih luas lagi, mencakup kolaborasi lintas disiplin dan lintas kampus, sehingga eksplorasi integrasi material lokal dan teknologi modern dapat semakin berkembang dan memberi dampak nyata bagi dunia arsitektur.(*)
ARTIKEL TERKAIT :
Gerbang Bambu Menari: Tonggak Sejarah Bambu Kinetik di Selaawi Garut