Program baru ini fokus pada dukungan pembiayaan kesenian rakyat dalam acara-acara hajatan, seperti pertunjukan calung dan seni tradisional lainnya. Tujuannya sangat jelas, yaitu menghindarkan warga dari ketergantungan pada lembaga peminjam uang berbunga tinggi, termasuk bank emok, yang seringkali menjadi pilihan terakhir untuk membiayai aspek hiburan dalam pesta pernikahan atau khitanan.
Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan komitmennya terhadap kebijakan ini. "Orang hajatan, tapi masuk kategori tidak mampu, supaya tidak pinjam ke bank emok buat bayar seni, nanti bisa dibantu,” ujar Dedi usai menghadiri acara Jabar Econovation: Akselerasi Ekonomi dan Inovasi Jabar Menuju Indonesia Emas 2045 di Gedung Sate, Kota Bandung.
Pelaksanaan program direncanakan secara bertahap, dengan kemudahan pendaftaran melalui aplikasi khusus yang sedang disiapkan Pemprov Jabar. Setelah pengajuan disetujui, pemerintah akan menunjuk langsung kelompok kesenian lokal untuk tampil di acara hajatan warga. Hal ini tidak hanya membantu warga tetapi juga memberdayakan seniman lokal. Sebagai contoh, "Misalnya di Garut ada hajatan, nanti Calung Garut yang tampil, dan biayanya dari kita,” tambah Dedi.
Dampak Positif dan Anggaran Program
Menurut Dedi, pendekatan ini terbukti lebih efektif dan "lebih hidup" dibandingkan penyelenggaraan pertunjukan seni oleh pemerintah di alun-alun yang kerap sepi penonton. Dengan biaya pertunjukan seni lokal yang relatif terjangkau, berkisar antara Rp3 juta hingga Rp15 juta per acara, Pemprov Jabar menyiapkan anggaran sebesar Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar. Angka ini diperkirakan mampu membiayai hingga 100 hajatan warga.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi menyampaikan bahwa program ini akan segera direalisasikan. “Jadi orang pesta, seninya disubsidi negara. Ditonton, dinikmati warga. Biayanya murah, tapi efek ekonominya besar. Ini akan saya jalankan,” tandasnya, menunjukkan keyakinan akan dampak positif ekonomi dan sosial yang dihasilkan program subsidi hiburan hajatan ini.
