HARIANJABAR.ID - Seniman Cianjuran terkemuka, Tata Sutaryat, menegaskan bahwa kacapi bukan sekadar instrumen musik, melainkan representasi jiwa dan identitas abadi budaya Sunda yang senantiasa beradaptasi dari era pra-Islam hingga masa kini. Pernyataan ini ia sampaikan dalam sebuah wawancara eksklusif di acara Suara Budaya Nusantara, Rabu (29/10/2025), mengungkap bagaimana alat musik ini telah mengakar kuat dalam kosmologi serta filosofi hidup masyarakat Sunda.
Menurut Tata Sutaryat, jejak historis kacapi telah terukir jauh sebelum era Islam. Naskah kuno Sri Ajnyana yang berasal dari tahun 1558 M bahkan menggambarkan kacapi sebagai bagian integral dari orkestra alam semesta, sebuah bukti kuat akan kedalaman filosofisnya: "Sada handaru kacapi, sada gangsa sampéongan, kabawa ku barat daya, ka luhur ning awang-awang" (Suara kacapi menggema, gamelan bersahutan, terbawa angin barat daya menuju angkasa semesta).
Keterkaitan spiritual ini masih sangat terasa hingga kini, seperti yang dipraktikkan oleh masyarakat Baduy dalam ritual ‘ngarumat lemah’ (menjaga tanah), di mana kacapi berfungsi sebagai jembatan penghubung antara dunia manusia dan alam spiritual. Lebih dari itu, kacapi juga mewakili filosofi hidup Sunda melalui konsep ‘indung-rincik’ yang merefleksikan sistem kekerabatan. Karakter suara yang lembut namun sarat makna dari kacapi dianggap representasi dari sifat masyarakat Sunda yang halus, sopan, dan penuh kedalaman.
Kacapi: Simbol Adaptasi dan Ketahanan Budaya
Salah satu keunggulan kacapi yang menjadikannya inti identitas Sunda adalah aksesibilitasnya. Berbeda dengan gamelan yang umumnya memerlukan formasi ensembel besar, kacapi dapat dimainkan secara tunggal atau dalam kelompok kecil, memudahkan penyebarannya. Kemampuannya untuk terus beradaptasi tanpa kehilangan esensi budaya telah membuktikan ketahanannya. Tata Sutaryat memaparkan bagaimana kacapi kini hadir dalam berbagai dimensi kehidupan:
- Seni Pertunjukan: Menjadi primadona di berbagai panggung seni.
- Ritual dan Perayaan: Terintegrasi dalam ritual keagamaan dan syukuran panen di daerah seperti Rancakalong dan Kanekes Baduy.
- Pendidikan: Diajarkan sebagai warisan budaya di institusi seperti SMKI dan ISBI untuk generasi muda.
- Diplomasi Budaya: Berperan sebagai duta budaya Indonesia di kancah internasional.
- Hiburan Domestik: Menjadi bagian dari suasana rumah tangga, seperti yang termaktub dalam naskah Kawih Pangeuyeukan: "sada kacapi di bumi, databeuh di manggung ranjang".
Dari ritual kuno hingga panggung global, kacapi terus membuktikan dirinya sebagai penjaga jiwa Sunda yang tak lekang oleh waktu, senantiasa bergetar dalam melodi abadi.
