HARIANJABAR.ID - Pusaran semangat inklusi dan persatuan membara di Kota Bandung saat Special Olympics Southeast Asia Football Competition 2025 resmi dibuka pada Senin, 10 November 2025, di Hotel Horison Ultima Bandung. Kejuaraan ini mempertemukan 132 atlet disabilitas intelektual dari enam negara di Asia Tenggara dalam ajang sepak bola 7 lawan 7 yang akan berlangsung selama lima hari.
Upacara pembukaan berlangsung meriah, ditandai dengan parade delegasi dari Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, yang membawa total 132 atlet sepak bola dengan disabilitas intelektual dan perkembangan (IDD). Para atlet ini akan bertanding dalam format 7 lawan 7, terdiri dari enam tim putra dan enam tim putri, menunjukkan kemampuan terbaik mereka di lapangan.
Ajang bergengsi ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Asisten Deputi Olahraga Khusus Kemenpora RI Dadi Surjadi, Wali Kota Bandung H. Muhammad Farhan, SE, Presiden Regional dan Direktur Pelaksana Special Olympics Asia Pacific Dipak Natali, serta Presiden Special Olympics Indonesia (SOIna) Warsito Ellwein.
Dalam sambutannya, Dipak Natali menekankan esensi kompetisi ini yang melampaui sekadar pertandingan. “Kompetisi ini menjadi pengingat kuat bagaimana inklusi diwujudkan dalam tindakan. Bandung menunjukkan kepada kawasan ini apa artinya memimpin dengan hati,” ujar Dipak. Ia melanjutkan, “Ketika atlet dengan disabilitas intelektual diberi kesempatan untuk berlatih, berkompetisi, dan bersinar, kita sedang merayakan potensi mereka serta menciptakan perubahan yang langgeng.”
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengungkapkan rasa bangga kotanya menjadi tuan rumah. “Menjadi tuan rumah kompetisi ini adalah kehormatan luar biasa. Kami berkomitmen menjadikan Bandung sebagai kota yang ramah disabilitas, di mana hak-hak penyandang disabilitas dihargai dan dipenuhi,” tegasnya. Senada dengan itu, Presiden SOIna, Warsito Ellwein, menegaskan pentingnya wadah bagi atlet IDD. “Kompetisi ini adalah milik para atlet dengan disabilitas intelektual. Mereka memiliki hak yang sama untuk mengembangkan bakat seperti orang lain,” pungkasnya.
Bagi sebagian besar peserta, turnamen ini adalah kompetisi internasional pertama setelah berbulan-bulan latihan intensif. Lebih dari sekadar adu keterampilan, ajang ini menjadi medium untuk mempererat tali persahabatan antarnegara. Nosa Abi Sankon, atlet dari Indonesia, menyampaikan kebanggaannya sebagai pembawa bendera. “Saya senang bisa berpartisipasi. Saya berlatih keras selama tiga bulan terakhir, dan sekarang waktunya menunjukkan kemampuan,” katanya.
Motivasi juga terpancar dari Quách Tiến Đạt, pemain Vietnam. “Rekan setim saya bersemangat luar biasa. Itu memberi saya energi untuk tampil maksimal dan membawa kebanggaan bagi Vietnam,” ujarnya. Atlet lain seperti Nazrah Azierah binti Gani dari Malaysia dan ‘Ya’ Yatika Watchawong dari Thailand juga menyoroti bagaimana kompetisi ini menjadi platform penting untuk menunjukkan potensi diri.
Di samping pertandingan, perhatian terhadap kesejahteraan atlet juga menjadi fokus utama. Program Special Olympics Healthy Athletes® akan diselenggarakan pada 12–13 November 2025, menawarkan pemeriksaan dan edukasi kesehatan gratis. Didukung oleh Golisano Foundation, program ini mencakup layanan Promosi Kesehatan (Preventive Medicine) serta FunFitness (Fisioterapi), bertujuan meningkatkan kesadaran gaya hidup sehat dan memberdayakan atlet untuk mengelola kesehatan mereka secara mandiri.
Seluruh pertandingan akan dihelat di Stadion Persib Sidolig, Jalan Ahmad Yani No. 252, Bandung. Masyarakat luas diundang untuk hadir, memberikan dukungan, dan merasakan langsung semangat inklusi yang menginspirasi.
