Deteksi Dini dan Edukasi Kunci Harapan Hidup Penyintas Kanker Payudara









HARIANJABAR.ID -  Kanker payudara merupakan momok kesehatan serius yang mendominasi kasus kanker pada perempuan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, sehingga langkah deteksi dini dan pemeriksaan rutin menjadi krusial untuk meningkatkan harapan hidup pasien. 

Kondisi ini kembali ditekankan dalam seminar "Perkembangan Terbaru tentang Kanker Payudara: Apa yang Harus Diperhatikan?" di Bandung, yang menyuarakan pentingnya kesadaran publik.

Data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2024 menunjukkan lebih dari 80.000 kasus baru kanker payudara muncul setiap tahun di Indonesia, menjadikannya jenis kanker paling umum dan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. Ironisnya, Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat banyak kasus baru terdeteksi pada stadium lanjut karena minimnya pemeriksaan rutin. 

"Kanker payudara bukan hanya persoalan medis, tetapi juga persoalan sosial yang menyentuh banyak keluarga. Deteksi dini dan diagnosis tepat waktu sangat menentukan keberhasilan terapi," tegas dr. Marvin Marino, SpGK, AIFO-K, Direktur Medis RS Santo Borromeus.


Para ahli onkologi sepakat bahwa deteksi dini adalah kunci. Dradjat R Suardi SpB(K)Onk, Dokter Spesialis Bedah Tumor, sangat menganjurkan pemeriksaan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) yang melibatkan USG atau mammografi. 

"Karena pasien akan memiliki harapan hidup yang lebih baik jika ditemukan pada stadium dini," ujarnya. 


Senada, dr. Indra Wijaya SpPD (K)HOM, Dokter Spesialis Hematologi-Onkologi Medik, mengungkapkan keprihatinan atas banyaknya pasien yang datang berobat saat kanker sudah menyebar (metastasis).

"Karenanya jadi krusial sebetulnya deteksi dini itu, mengingat saat ini angka kejadian pasien datang berobat dalam keadaan sudah terjadi penyebaran (metastase) masih banyak ditemui di rumah sakit," tambah dr. Indra. Minimnya literasi kesehatan dan keterlambatan pemeriksaan menjadi pemicu utama kondisi ini.

Perkembangan Terapi dan Tantangan ke Depan

Dalam penanganan kanker payudara, Monty P Soemitro Sp B(K) Onk M.Kes, MMRS, Dokter Spesialis Bedah Tumor, menjelaskan bahwa respons pengobatan sangat dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik kanker. "Akan tetapi, jenis dan karakteristik kanker payudara yang ditentukan melalui pemeriksaan jaringan pasca pembedahan diketahui sangat berperan menentukan terapi selanjutnya," katanya. Metode terapi meliputi pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.

Radioterapi, seperti yang dijelaskan dr. Franky Sandjaja SpOnk Rad, kini semakin canggih, mampu menargetkan sel kanker secara presisi tanpa merusak jaringan sehat. "Radioterapi saat ini dapat dilakukan secara lebih presisi, dan mengurangi efek samping kepada pasien," ucapnya.

Namun, tantangan biaya pengobatan yang tinggi masih menjadi isu. Monty P Soemitro melihat solusi dalam ketersediaan fasilitas USG di puskesmas dan pelatihan dokter umum untuk deteksi awal. Lebih lanjut, dr. Indra Wijaya menyoroti tantangan dari masyarakat itu sendiri; banyak yang baru mencari pertolongan medis ketika gejala sudah parah. Oleh karena itu, edukasi langsung melalui sekolah, komunitas, dan yayasan dianggap efektif untuk meningkatkan kesadaran.

Sebagai rekomendasi, dr. Marvin Marino mendorong masyarakat untuk mengakses sumber informasi kesehatan terpercaya dan tidak ragu berkonsultasi dengan fasilitas kesehatan guna memperkuat deteksi dini dan pencegahan kanker payudara.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال