Momentum Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Terjaga Menurut Kemenkeu




HARIANJABAR.ID- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengklaim perekonomian Indonesia berhasil mempertahankan momentum positifnya, sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu. Klaim ini didasarkan pada serangkaian indikator kunci yang menunjukkan penguatan aktivitas domestik dan kinerja sektor eksternal negara.

Febrio Kacaribu memaparkan, penguatan tersebut terlihat dari indeks Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang konsisten ekspansif selama empat bulan terakhir. Pada November 2025, PMI Manufaktur Indonesia tercatat impresif di level 53,3. Peningkatan signifikan dalam permintaan domestik menjadi pendorong utama, yang turut mendukung produksi, penyerapan tenaga kerja, dan aktivitas pembelian menjelang akhir tahun. Kondisi serupa juga terjadi di beberapa negara mitra dagang utama seperti India (57,4) dan Amerika Serikat (51,9), serta negara-negara ASEAN seperti Thailand (56,8), Vietnam (53,8), dan Malaysia (50,1).

Kinerja perdagangan Indonesia hingga Oktober 2025 juga menunjukkan fondasi ekonomi yang kokoh dengan catatan surplus. Neraca perdagangan mencapai surplus sebesar US$35,9 miliar sepanjang Januari-Oktober 2025, mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 44,1% (ctc). Surplus ini utamanya disumbang oleh sektor nonmigas senilai US$51,5 miliar.

Total nilai ekspor kumulatif Indonesia mencapai US$234,0 miliar, meningkat 7,0% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Kinerja ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,4%, dengan ekspor hasil industri pengolahan naik 15,8% dan hasil pertanian, kehutanan, serta perikanan melonjak 28,6%. Selain itu, peningkatan impor barang modal sebesar 18,7% menjadi sinyal positif perluasan kapasitas produksi dan investasi berkelanjutan di dalam negeri.

Strategi Pemerintah Menjaga Stabilitas dan Pertumbuhan

Dalam menjaga stabilitas harga, inflasi pada November 2025 tercatat melambat menjadi 2,72% (yoy), lebih rendah dari Oktober yang sebesar 2,86% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan meredanya tekanan pada kelompok Volatile Food (VF) yang turun menjadi 5,48% (yoy). Perbaikan ini berkat langkah stabilisasi harga pangan yang konsisten, membuat harga komoditas seperti beras, cabai merah, dan daging ayam mulai menurun. "Meskipun begitu, pemerintah terus mengantisipasi terjadinya gejolak harga seiring masuknya musim hujan yang dapat berdampak pada produksi pangan," papar Febrio.

Sementara itu, inflasi inti bergerak stabil di level 2,36% (yoy), yang mengindikasikan daya beli masyarakat tetap terjaga. Inflasi Administered Price (AP) juga terkendali rendah, meskipun sedikit meningkat menjadi 1,58% (yoy) akibat kenaikan tarif angkutan udara. Febrio menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong daya saing ekspor nasional, keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, dan diversifikasi mitra dagang utama melalui berbagai perjanjian internasional. Pemerintah juga akan terus memastikan ketersediaan pasokan bahan pangan menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru, termasuk melalui operasi pasar dan penguatan cadangan pangan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال