Disparitas yang mencolok antara angka kelanjutan pendidikan dasar dan menengah atas ini menjadi perhatian serius. Jika hampir seluruh siswa berhasil menuntaskan jenjang SMP, mengapa lebih dari 40 persen di antaranya tidak meneruskan ke SMA? Fenomena ini mengisyaratkan beragam faktor yang perlu diidentifikasi dan ditangani secara komprehensif oleh berbagai pihak.
Menanggapi situasi ini, Wakil Bupati Tasikmalaya, Asep Sobari Al Ayubi, mengungkapkan keprihatinannya. “Faktornya mungkin banyak. Tapi jika melihat angka melanjutkan ke SMP yang tinggi, mungkin saja putus sekolah,” ujar Asep Sobari Al Ayubi pada Rabu (26/11/2025).
Untuk mengatasi persoalan ini, pihak Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya telah membentuk satuan tugas (satgas). Satgas ini bertugas tidak hanya untuk menyiapkan langkah-langkah penanganan, tetapi juga memvalidasi data angka melanjutkan sekolah. Verifikasi data diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai situasi riil di lapangan, memungkinkan intervensi yang tepat sasaran.
Selain potensi siswa putus sekolah, Asep Sobari Al Ayubi juga mengemukakan kemungkinan lain penyebab rendahnya angka kelanjutan ke SMA, yakni masalah pendataan. Ia menjelaskan bahwa tidak semua siswa yang tidak melanjutkan ke sekolah umum berarti berhenti belajar. "Iya bisa saja. Jadi itu tidak terdata. Padahal, pesantren pun masuk dalam pendidikan umum, mengingat sudah diatur dalam UU,” ucapnya.
