Provinsi Sumatera Utara menjadi wilayah dengan dampak korban jiwa tertinggi, mencatat 116 orang meninggal dunia dan 42 lainnya masih dalam pencarian. Para korban ini tersebar di beberapa kabupaten dan kota, meliputi Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Humbang Hasundutan, Kota Padang Sidempuan, dan Pakpak Barat. Suharyanto menambahkan, "Tentu saja data ini akan berkembang terus masih ada titik-titik yang belum ditembus. Yang diindikasikan di lokasi longsor itu mungkin juga ada korban jiwa.”
Di Provinsi Aceh, bencana tersebut mengakibatkan 35 jiwa meninggal dunia, 25 orang hilang, dan 8 luka-luka. Daerah yang paling terdampak meliputi Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah, sementara proses pendataan masih terus berlangsung di sejumlah wilayah lain seperti Aceh Timur, Aceh Singkil, dan Aceh Utara. "Ini akan berkembang terus datanya. Dan sementara yang terdata ada 35 jiwa yang meninggal dunia,” jelas Suharyanto. Sebanyak 4.846 Kepala Keluarga (KK) juga terpaksa mengungsi di 20 kabupaten/kota, dengan 96 titik pengungsian di antaranya berada di Kota Lhokseumawe.
Sementara itu, Sumatera Barat mencatat 23 korban meninggal dunia, 12 orang hilang, dan 4 luka-luka akibat bencana hidrometeorologi. Korban ditemukan di sejumlah wilayah seperti Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, serta Pasaman Barat. Sejumlah 3.900 KK tercatat mengungsi, dengan titik terparah di Padang Pariaman, Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Padang.
Kerusakan Infrastruktur dan Upaya Penanganan
Selain korban jiwa dan pengungsian, bencana ini juga menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur transportasi. Lima jembatan di Padang Pariaman dilaporkan rusak, serta terjadi longsor pada jalur nasional Bukittinggi–Padang di wilayah Padang Panjang. Jalur provinsi di Kabupaten Agam juga mengalami insiden serupa, sempat menjebak sekitar 200 kendaraan akibat terputusnya akses jalan di Kecamatan Ampek Koto. “Jalur nasional dari Bukittinggi menuju Padang ini ada satu titik longsor di Kota Padang Panjang,” ungkap Suharyanto, menyoroti tantangan pemulihan akses.
