![]() |
Situs Gunung Padang |
CIANJUR - Tim peneliti Situs Megalitikum Gunung Padang mengkonfirmasi bahwa kompleks punden berundak di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memiliki usia yang mencapai ribuan tahun sebelum masehi. Situs bersejarah ini dipastikan telah eksis jauh sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Sunda.
Temuan menarik dari penelitian lanjutan adalah ditemukannya berbagai corak unik pada permukaan batu, termasuk bentuk yang menyerupai tapak harimau dan kujang. Penemuan ini membuka pertanyaan baru tentang identitas peradaban yang membangun monumen megalitik tersebut.
Ali Akbar, Ketua Tim Peneliti Situs Megalitikum Gunung Padang, menyatakan bahwa tim masih belum dapat mengidentifikasi secara pasti nama peradaban atau kerajaan yang bertanggung jawab atas pembangunan situs ini, meskipun telah ditemukan sejumlah motif yang sangat khas.
"Awalnya tim menduga lekukan di batu berasal dari tetesan air pohon yang mengikis permukaan batu dalam waktu lama, namun seiring pengamatan lebih lanjut, beberapa bentuk dinilai terlalu spesifik dan berpola seperti bentuk kujang dan tapak harimau," ungkap Ali Akbar di Cianjur, Selasa.
Analisis Ilmiah untuk Memastikan Asal Corak
Untuk memastikan apakah corak-corak tersebut merupakan hasil karya manusia purba atau terbentuk secara alami, tim peneliti telah mengundang ahli petrografi untuk melakukan kajian mendalam di lokasi.
Ali Akbar menjelaskan bahwa beberapa bentuk garis atau alur mungkin dapat dijelaskan melalui pendekatan petrologi, namun bentuk-bentuk yang sangat khas seperti jejak tapak hewan memerlukan investigasi lebih intensif untuk menentukan apakah permukaan tersebut pernah ditatah, dikikis, atau terbentuk karena faktor alam.
"Hasil diskusi awal bersama ahli geologi dan petrologi, beberapa lubang pada batuan diyakini terbentuk secara alami karena proses pendinginan lava yang menyisakan gelembung udara, namun untuk corak tertentu diperlukan kajian yang lebih mendalam," jelasnya.
Tantangan Identifikasi Peradaban Pembuat
Salah satu kendala utama dalam mengungkap identitas peradaban yang membangun situs ini adalah ketiadaan bukti tertulis seperti prasasti atau dokumentasi sejarah. Kondisi ini membuat proses penelusuran menjadi lebih rumit dan memerlukan pendekatan arkeologi yang komprehensif.
"Karena tidak ditemukan catatan tertulis, untuk sementara kami menyebutnya sebagai masyarakat pembuat Situs Gunung Padang, kemungkinan mereka adalah leluhur dari masyarakat yang tinggal sekarang, atau malah kelompok yang sama sekali berbeda," kata Ali Akbar.
Tim peneliti telah memastikan bahwa usia situs ini lebih tua dibandingkan kerajaan Sunda, namun identitas pasti para pembangunnya masih menjadi tanda tanya besar. Kemungkinan sebelum masyarakat yang dikenal pada masa kini, telah ada kelompok masyarakat lain yang mendiami kawasan tersebut.
Kemungkinan Karya Manusia Prasejarah
Meski masih memerlukan verifikasi ilmiah lebih lanjut, Ali Akbar tidak menampik kemungkinan bahwa bentuk-bentuk unik yang berbeda dari lekukan alami biasa pada batuan tersebut merupakan hasil karya tangan manusia prasejarah.
"Tapi tidak menutup kemungkinan bentuk yang unik dan berbeda dari lekukan alami biasa di atas batu tersebut hasil tangan manusia prasejarah, sehingga kami sudah mengundang ahli petrografi untuk melakukan riset langsung di lokasi," pungkasnya.
Penelitian mendalam terhadap Situs Megalitikum Gunung Padang diharapkan dapat mengungkap lebih banyak rahasia peradaban kuno di Nusantara dan memberikan pemahaman baru tentang sejarah prasejarah Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat.
Temuan corak kujang dan tapak harimau ini juga menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan adanya kontinuitas budaya dari masa prasejarah hingga era kerajaan Sunda, mengingat kujang merupakan simbol yang sangat penting dalam tradisi masyarakat Sunda.
Sumber : Antara