HARIANJABAR.ID - Meskipun nilai ekspor Jawa Barat pada September 2025 mengalami koreksi menjadi 3,27 miliar USD, menurun 5,71 persen dibandingkan bulan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mengumumkan adanya pertumbuhan positif secara tahunan dan kumulatif, sambil menjaga neraca perdagangan yang sangat surplus.
Data terbaru dari BPS Jawa Barat menunjukkan bahwa penurunan ekspor bulanan ini tidak mencerminkan tren keseluruhan yang lebih besar. Secara tahunan, ekspor Jawa Barat pada September 2025 masih menunjukkan peningkatan 0,79 persen dibandingkan September 2024. Bahkan, total ekspor kumulatif dari Januari hingga September 2025 melonjak 2,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Plt. Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus, pada rilis Berita Resmi Statistik, Senin (3/11/2025), menguraikan pilar-pilar utama penopang ekspor provinsi ini. "Ekspor Jabar sepanjang 2025 didominasi oleh golongan kendaraan dan bagiannya dengan nilai 6,25 miliar USD. Disusul mesin dan perlengkapan elektrik (4,67 miliar USD), serta mesin dan peralatan mekanis (2,37 miliar USD)," ungkap Darwis.
Destinasi utama ekspor Jawa Barat tetap kuat di pasar global, dengan Amerika Serikat memimpin senilai 4,79 miliar USD, diikuti oleh Filipina (2,62 miliar USD) dan Jepang (2,14 miliar USD).
Sektor industri masih menjadi lokomotif utama. Darwis menambahkan, “Kontribusi ekspor menurut sektor sepanjang 2025 masih didominasi sektor industri sebesar 98,73 persen. Sektor migas menyumbang 0,69 persen, pertanian 0,57 persen, dan tambang hanya 0,01 persen.” Ini menggarisbawahi kekuatan manufaktur Jawa Barat dalam kancah perdagangan internasional.
Impor Terkendali, Surplus Perdagangan Stabil
Sejalan dengan ekspor, nilai impor Jawa Barat pada September 2025 juga mengalami penurunan menjadi 0,92 miliar USD, terkoreksi 11,54 persen dari Agustus 2025. Penurunan ini juga terlihat secara tahunan sebesar 7,61 persen dan secara kumulatif Januari–September sebesar 6,13 persen.
Tiongkok menjadi negara asal impor terbesar dengan nilai 2,99 miliar USD, diikuti Jepang (1,11 miliar USD) dan Korea Selatan (1,04 miliar USD). Sementara itu, golongan barang impor terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik (1,23 miliar USD), mesin dan peralatan mekanis (0,77 miliar USD), serta plastik dan barang dari plastik (0,02 miliar USD).
Meskipun ekspor dan impor sama-sama mencatatkan perlambatan bulanan, neraca perdagangan Jawa Barat tetap kokoh. Sepanjang Januari hingga September 2025, provinsi ini berhasil membukukan surplus perdagangan yang impresif, mencapai 19,87 miliar USD.
Darwis Sitorus menegaskan optimisme, “Kita masih surplus dengan Amerika Serikat, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Namun dengan Taiwan dan Tiongkok, kita masih mengalami defisit.” Ini menunjukkan posisi strategis Jawa Barat dalam menjaga keseimbangan perdagangan meskipun ada dinamika tertentu dengan beberapa mitra dagang.
