HARIANJABAR.ID – Inovasi pertanian terus
dikembangkan di Kota Tasikmalaya. Melalui Program
Penerapan Iptek Berbasis Masyarakat (PPIBM), tim pengabdian masyarakat
Universitas Siliwangi (UNSIL) menghadirkan teknologi pengolahan stevia dengan alat dehidrator untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Program ini digagas oleh tim dosen UNSIL yang terdiri dari Imam Taufiqurrahman (Ketua), serta
anggota Asep Andang, Andri Ulus Rahayu,
Nurul Risti Mutiarasari, dan Visi Tinta Manik. Mereka bermitra dengan
Kelompok Tani Girimukti, Kelurahan Setiamulya, Tasikmalaya.
Menurut Imam Taufiqurrahman, petani selama ini masih
bergantung pada komoditas konvensional seperti padi dan jagung. Pendapatan pun
stagnan, bahkan sering turun akibat fluktuasi harga pasar. “Stevia dipilih
sebagai komoditas baru karena bernilai ekonomi tinggi, lebih sehat dibanding
gula, dan potensial dikembangkan di Tasikmalaya,” ujarnya.
Melalui program ini, petani tidak hanya mendapat pelatihan
budidaya stevia, tetapi juga
keterampilan mengolahnya menjadi bubuk pemanis alami menggunakan mesin
dehidrator. Alat ini mampu mengeringkan daun stevia dengan cepat, hemat energi, dan menjaga kualitas kandungan
aktifnya. Produk bubuk stevia yang dihasilkan lebih tahan lama, memiliki nilai
jual lebih tinggi, dan siap bersaing di pasar lokal maupun nasional.
Selain itu, tim UNSIL juga membekali petani dengan
pendampingan pemasaran dan strategi keberlanjutan usaha. Dengan begitu,
diharapkan produk stevia bubuk dapat menjadi komoditas unggulan Tasikmalaya,
sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.
“Melalui program pengabdian ini, kami ingin menghadirkan
solusi yang praktis, sehat, dan berkelanjutan bagi petani. Teknologi sederhana
bisa menjadi pintu menuju kemandirian ekonomi,” tambah Imam.
Program PPIBM ini menjadi wujud nyata kontribusi UNSIL dalam
menghubungkan dunia akademik dengan kebutuhan masyarakat, sekaligus mendukung
agenda pembangunan pertanian berkelanjutan.